Wednesday, July 16, 2014

Be Me.. (edelweiss flower)





Terima kasih Tuhan untuk semua hal yang bisa dan boleh aku alami..
Terima kasih atas bahagia dan duka, tangis dan tawa yang bisa ku rasakan.
Terima kasih atas orang-orang yang Kau kirim dalam hidupku..
Mereka yang memberiku tawa, tangis, jenuh, amarah dan semua hal lainnya.
Mereka yang datang saat aku senang dan sedih, yang tetap tinggal, atau bahkan yang meninggalkanku saat aku butuh.
Aku tahu, itu cara-Mu untuk membuatku menjalani hidup, dan tahu bagaimana harus bersikap.
Maafkan atas kesalahanku yang mungkin membuat mereka (yang Kau kirim untuk jadi teman dalam kehidupanku) menjadi sedih dan sakit karena sikap dan perkataanku, aku tak bermaksud untuk itu.
Semoga mereka pantas mendapatkan yang layak untuk hidup mereka.
Jika aku membenci, maka maafkanlah aku.
Jika aku menyanyangi, biarkanlah begitu.
Karena aku hanya seonggok daging yang bernyawa, tapi tetap perasa, walau kadang dan mungkin mereka suka ataupun tidak.
Aku hanya belajar untuk tidak menjadi manusia yang munafik, walau aku terlahir untuk menjadi demikian.
Aku belajar menghargai hidupku, menyayangi diriku, walau tidak sesuai dengan cara yang orang lain inginkan dariku.
Semoga ketidaksempurnaanku ini membuatku semakin ingin untuk menjadi sempurna, tidak hanya untukku dan orang lain..
Tapi untuk semuanya.
Kedukaanku dan kebahagiaanku, ku tahu ini hanya sesaat.

Aku belajar menerima keadaan dan kenyataan, walau terkadang menyakitkan, semua orangpun tahu itu.
Sekali lagi, semua hal yang terjadi yang membuatku seperti ini sekarang.


Aku hanya harus tetap sadar, untuk tetap bertahan.
Ya.. aku akan bertahan, dan tetap ingin tersenyum..

*heart can be broke, but not my smile :) 

Tuesday, January 28, 2014

Tak Perlu Ucapkan Kata

Kita ini berlimpah dengan kata-kata tetapi kosong dalam perbuatan - St. Antonius dari Padua

Kita lebih banyak berbicara dari pada bertindak, bahkan (hanya) untuk mendengarkan.
Dengan kata-kata yang berlebihan, kita sebenarnya sedang nguji diri kita sendiri, apakah kita layak untuk dihargai dan dicintai.
Banyak janji-janji yang terucap, apakah kita mampu mewujudkannya?
Membuktikan kepada semua orang bahwa kita dapat dipercaya?

Ada yang berkata bahwa, "cintai harus memiliki," tapi nyatanya mereka melepaskan cinta itu.
Entah karena cinta itu sebenarnya belum mereka temukan, atau range memiliki itu memang ada (dilihat dari ukuran waktu dalam memiliki)?

Mereka yang berkata, "kita bisa jalani ini bersama," dan mereka pula yang memutuskan untuk menjalaninya dengan cara mereka masing-masing.
Kadang meragu...
Apakah mereka sendiri bisa percaya dengan janji-janji terhadap diri sendiri?

Tindakan yang kosong dan hanya disampul oleh kata-kata indah, akankah terwujud?
Apakah itu mampu membuat diri bangga dengan isi yang sebenarnya kosong?

Tak perlu berucap, jika memang tak mampu tunjukan itu semua dengan tindakan.
Tak perlu kata-kata indah untuk membuat seseorang terpesona, hanya untuk sesaat jika kita tidak mewujudkannya dengan tindakan.

Cukup tunjukkan pada diri, bahwa kita mampu bertindak tidak sekedar mampu berkata-kata.

Suara tanpa Nada

Aku bagai sebuah tulisan tanpa judul.
Hidupku terus berjalan, tapi seolah tanpa ada tujuan yang jelas.
Ke arah mana langkah yang akan aku ambil selanjutnya? Aku masih meragu.

Hidupku berisi dengan drama-drama yang sebenarnya akupun tak tahu apa tujuan dari drama itu sendiri...
Berlebihan, penuh dengan tangis, tawa, dan amarah.
Orang-orang yang ada di hidupku pun mungkin lama-lama berpikir, apa yang aku pikirkan.
Penasaran pun mulai timbul (mungkin) di benak mereka (tentang apa yang aku pikirkan).
Entahlah.. Mungkin juga memang tidak penting untuk tahu apa yang aku pikirkan.

Tujuan yang awalnya sudah ter-rencana-kan berubah menjadi sekedar impian tanpa angan.
Semuanya memudar seketika, ya ketika drama itu mulai bermain..
Drama yang mungkin kubuat bersama orang-orang terdekatku tanpa disengaja.

Lelah itu pasti.
Tapi haruskah (hanya) berakhir dengan mimpi?
Haruskah terhenti?

Bisakah suara terdengar tanpa nada?