Tuesday, June 16, 2015

Kita

Mungkin kita terlalu naif untuk jujur terhadap diri sendiri, iya mungkin saja..
Kita terlalu takut untuk menghadapi kenyataan yang kadang atau bahkan sering kali tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan sebelumnya.
Mungkin karena luka-luka lama yang sampai saat ini masih membekas dalam memori.
Sebelum ada kita, hanya ada aku dan kamu. Berjalan sendiri-sendiri, dengan bayangan masa lalu yang terus mengikuti.
Kita tidak sadar bahwa bayang-bayang itu yang (mungkin) mempertemukan kita dalam satu jalan yang sama, dengan luka-luka yang sama.
Kita hanya takut untuk saling menyapa, takut akan luka baru yang akan menggores kita, entah karena aku ataupun kamu.
Kita dipertemukan oleh kebimbangan rasa, memori-memori menyakitkan di masa lalu yang sebenarnya akan pulih ketika kita berani menghadapi jalan itu bersama.
Entahlah.. Mungkin aku yang terlalu takut untuk melangkah bersama (saat ini), aku takut menghadapi lubang besar di jalan itu, yang sebenarnya aku sendiri tahu bagaimana cara untuk melewatinya agar tidak terperosok.
Kita dipertemukan di jalan ini sebagai orang asing, namun ternyata kita butuh seorang teman untuk melalui jalan itu, merasa senasib dan sendiri.
Aku tidak takut sendiri, aku hanya bosan sendiri tanpa seorang teman untuk berbagi.
Mungkin ada masanya kita menjadi seorang kawan yang hangat, atau bahkan sebagai kekasih. Mungkin juga kita akan seperti orang asing kembali, yang memilih untuk berjalan sendiri-sendiri walaupun tahu kita tetap melangkah di jalan yang sama.
Aku hanya berharap di masa itu aku dapat memberikan memori yang menyenangkan untuk diingat, begitu sebaliknya, walaupun ada saatnya aku ataupun kamu memutuskan untuk pergi. Ya.. kita sama-sama tahu bahwa ditinggalkan itu menyakitkan.