Tuesday, June 16, 2015

Kita

Mungkin kita terlalu naif untuk jujur terhadap diri sendiri, iya mungkin saja..
Kita terlalu takut untuk menghadapi kenyataan yang kadang atau bahkan sering kali tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan sebelumnya.
Mungkin karena luka-luka lama yang sampai saat ini masih membekas dalam memori.
Sebelum ada kita, hanya ada aku dan kamu. Berjalan sendiri-sendiri, dengan bayangan masa lalu yang terus mengikuti.
Kita tidak sadar bahwa bayang-bayang itu yang (mungkin) mempertemukan kita dalam satu jalan yang sama, dengan luka-luka yang sama.
Kita hanya takut untuk saling menyapa, takut akan luka baru yang akan menggores kita, entah karena aku ataupun kamu.
Kita dipertemukan oleh kebimbangan rasa, memori-memori menyakitkan di masa lalu yang sebenarnya akan pulih ketika kita berani menghadapi jalan itu bersama.
Entahlah.. Mungkin aku yang terlalu takut untuk melangkah bersama (saat ini), aku takut menghadapi lubang besar di jalan itu, yang sebenarnya aku sendiri tahu bagaimana cara untuk melewatinya agar tidak terperosok.
Kita dipertemukan di jalan ini sebagai orang asing, namun ternyata kita butuh seorang teman untuk melalui jalan itu, merasa senasib dan sendiri.
Aku tidak takut sendiri, aku hanya bosan sendiri tanpa seorang teman untuk berbagi.
Mungkin ada masanya kita menjadi seorang kawan yang hangat, atau bahkan sebagai kekasih. Mungkin juga kita akan seperti orang asing kembali, yang memilih untuk berjalan sendiri-sendiri walaupun tahu kita tetap melangkah di jalan yang sama.
Aku hanya berharap di masa itu aku dapat memberikan memori yang menyenangkan untuk diingat, begitu sebaliknya, walaupun ada saatnya aku ataupun kamu memutuskan untuk pergi. Ya.. kita sama-sama tahu bahwa ditinggalkan itu menyakitkan.

Wednesday, July 16, 2014

Be Me.. (edelweiss flower)





Terima kasih Tuhan untuk semua hal yang bisa dan boleh aku alami..
Terima kasih atas bahagia dan duka, tangis dan tawa yang bisa ku rasakan.
Terima kasih atas orang-orang yang Kau kirim dalam hidupku..
Mereka yang memberiku tawa, tangis, jenuh, amarah dan semua hal lainnya.
Mereka yang datang saat aku senang dan sedih, yang tetap tinggal, atau bahkan yang meninggalkanku saat aku butuh.
Aku tahu, itu cara-Mu untuk membuatku menjalani hidup, dan tahu bagaimana harus bersikap.
Maafkan atas kesalahanku yang mungkin membuat mereka (yang Kau kirim untuk jadi teman dalam kehidupanku) menjadi sedih dan sakit karena sikap dan perkataanku, aku tak bermaksud untuk itu.
Semoga mereka pantas mendapatkan yang layak untuk hidup mereka.
Jika aku membenci, maka maafkanlah aku.
Jika aku menyanyangi, biarkanlah begitu.
Karena aku hanya seonggok daging yang bernyawa, tapi tetap perasa, walau kadang dan mungkin mereka suka ataupun tidak.
Aku hanya belajar untuk tidak menjadi manusia yang munafik, walau aku terlahir untuk menjadi demikian.
Aku belajar menghargai hidupku, menyayangi diriku, walau tidak sesuai dengan cara yang orang lain inginkan dariku.
Semoga ketidaksempurnaanku ini membuatku semakin ingin untuk menjadi sempurna, tidak hanya untukku dan orang lain..
Tapi untuk semuanya.
Kedukaanku dan kebahagiaanku, ku tahu ini hanya sesaat.

Aku belajar menerima keadaan dan kenyataan, walau terkadang menyakitkan, semua orangpun tahu itu.
Sekali lagi, semua hal yang terjadi yang membuatku seperti ini sekarang.


Aku hanya harus tetap sadar, untuk tetap bertahan.
Ya.. aku akan bertahan, dan tetap ingin tersenyum..

*heart can be broke, but not my smile :) 

Tuesday, January 28, 2014

Tak Perlu Ucapkan Kata

Kita ini berlimpah dengan kata-kata tetapi kosong dalam perbuatan - St. Antonius dari Padua

Kita lebih banyak berbicara dari pada bertindak, bahkan (hanya) untuk mendengarkan.
Dengan kata-kata yang berlebihan, kita sebenarnya sedang nguji diri kita sendiri, apakah kita layak untuk dihargai dan dicintai.
Banyak janji-janji yang terucap, apakah kita mampu mewujudkannya?
Membuktikan kepada semua orang bahwa kita dapat dipercaya?

Ada yang berkata bahwa, "cintai harus memiliki," tapi nyatanya mereka melepaskan cinta itu.
Entah karena cinta itu sebenarnya belum mereka temukan, atau range memiliki itu memang ada (dilihat dari ukuran waktu dalam memiliki)?

Mereka yang berkata, "kita bisa jalani ini bersama," dan mereka pula yang memutuskan untuk menjalaninya dengan cara mereka masing-masing.
Kadang meragu...
Apakah mereka sendiri bisa percaya dengan janji-janji terhadap diri sendiri?

Tindakan yang kosong dan hanya disampul oleh kata-kata indah, akankah terwujud?
Apakah itu mampu membuat diri bangga dengan isi yang sebenarnya kosong?

Tak perlu berucap, jika memang tak mampu tunjukan itu semua dengan tindakan.
Tak perlu kata-kata indah untuk membuat seseorang terpesona, hanya untuk sesaat jika kita tidak mewujudkannya dengan tindakan.

Cukup tunjukkan pada diri, bahwa kita mampu bertindak tidak sekedar mampu berkata-kata.

Suara tanpa Nada

Aku bagai sebuah tulisan tanpa judul.
Hidupku terus berjalan, tapi seolah tanpa ada tujuan yang jelas.
Ke arah mana langkah yang akan aku ambil selanjutnya? Aku masih meragu.

Hidupku berisi dengan drama-drama yang sebenarnya akupun tak tahu apa tujuan dari drama itu sendiri...
Berlebihan, penuh dengan tangis, tawa, dan amarah.
Orang-orang yang ada di hidupku pun mungkin lama-lama berpikir, apa yang aku pikirkan.
Penasaran pun mulai timbul (mungkin) di benak mereka (tentang apa yang aku pikirkan).
Entahlah.. Mungkin juga memang tidak penting untuk tahu apa yang aku pikirkan.

Tujuan yang awalnya sudah ter-rencana-kan berubah menjadi sekedar impian tanpa angan.
Semuanya memudar seketika, ya ketika drama itu mulai bermain..
Drama yang mungkin kubuat bersama orang-orang terdekatku tanpa disengaja.

Lelah itu pasti.
Tapi haruskah (hanya) berakhir dengan mimpi?
Haruskah terhenti?

Bisakah suara terdengar tanpa nada?

Thursday, April 25, 2013

bahagia tak harus bersama, kan?

lebih baik begini..
lebih baik dengan jalan masing-masing.
tak perlu khawatir dengan perubahan.
tak perlu takut untuk memulai perjalanan baru.
kita akan terbiasa dengan itu...

kita dengan hidup kita masing-masing, pilihan masing-masing.
kita punya prioritas yang sudah kita tentukan sebelum kita bertemu.
mungkin saja itu akan tetap begitu.
posisi kita tidak akan menggantikan prioritas kita, sebelumnya.

cermin yang sudah retak, tidak akan kembali sempurna seperti sebelumnya.
walaupun kita menggunakan perekat super sekalipun.
retakan itu tetap terlihat.

lalu apa yang kita harapkan?
berjanji untuk saling membahagiakan?
yang akhirnya malah menjadi saling mengecewakan?
dan berujung pada titik penyesalan?
itu hanya sebuah kesia-sian, kan?

mungkin kita akan bahagia.
mungkin dengan jalan masing-masing.
bahagia tidak harus bersama, kan?

Sunday, April 21, 2013

Cermin Diri

Setiap kali terbangun dari tidur hanya berharap hari itu akan baik-baik saja.
Tak ada yang diperjuangkan, hanya berdoa dan berharap.
Apakah benar itu akan baik-baik saja?

Aku bercermin pada diri yang rapuh, tapi seolah-olah ingin terlihat kuat.
Seolah-olah ingin semua orang melihat, bahwa aku tidak selemah yang mereka pikir.
Sebenarnya kekuatan yang terlihat, mungkin hanya klise..
Ya entahlah..

Bercermin pada masa laluku, itu membuatku mulai ragu.
Ke mana aku yang dulu??
Ke mana aku yang selalu ingin mencoba?
Aku seakan dipertanyakan oleh masa laluku sendiri, "Ke mana kamu yang dulu?"
Semua hal yang aku inginkan dan bertekad untuk mendapatkannya, selalu bisa kucapai.
Dulu..

Bergeraklah maju, bukan berhenti dan hanya menatap lurus ke depan.
Semua hal indah tidak dapat dicapai hanya dengan harapan, tapi memang perlu berjuang untuk itu.
Sama halnya ketika laki-laki mendekati seorang perempuan.
Ia butuh perjuangan untuk mendapatkannya, tidak hanya berharap si perempuan akan datang tiba-tiba dan menerimanya.

Belajar untuk berproses!
Belajar untuk menjadi manusia yang utuh.
Mengalami perputaran - jatuh dan bangun, introspeksi dan refleksi diri, penerimaan diri dan mulai menjalani hidup untuk mencapai satu titik.
Bergeraklah maju, bukan mundur.
Jangan sia-siakan hidup untuk menunggu kesempatan, tapi buatlah kesempatan itu datang.

Selamat menjadi manusia!