Mungkin kita terlalu naif untuk
jujur terhadap diri sendiri, iya mungkin saja..
Kita terlalu takut untuk
menghadapi kenyataan yang kadang atau bahkan sering kali tidak sesuai dengan
apa yang kita harapkan sebelumnya.
Mungkin karena luka-luka lama
yang sampai saat ini masih membekas dalam memori.
Sebelum ada kita, hanya ada aku
dan kamu. Berjalan sendiri-sendiri, dengan bayangan masa lalu yang terus
mengikuti.
Kita tidak sadar bahwa
bayang-bayang itu yang (mungkin) mempertemukan kita dalam satu jalan yang sama,
dengan luka-luka yang sama.
Kita hanya takut untuk saling
menyapa, takut akan luka baru yang akan menggores kita, entah karena aku
ataupun kamu.
Kita dipertemukan oleh
kebimbangan rasa, memori-memori menyakitkan di masa lalu yang sebenarnya akan
pulih ketika kita berani menghadapi jalan itu bersama.
Entahlah.. Mungkin aku yang
terlalu takut untuk melangkah bersama (saat ini), aku takut menghadapi lubang
besar di jalan itu, yang sebenarnya aku sendiri tahu bagaimana cara untuk
melewatinya agar tidak terperosok.
Kita dipertemukan di jalan ini
sebagai orang asing, namun ternyata kita butuh seorang teman untuk melalui
jalan itu, merasa senasib dan sendiri.
Aku tidak takut sendiri, aku
hanya bosan sendiri tanpa seorang teman untuk berbagi.
Mungkin ada masanya kita menjadi
seorang kawan yang hangat, atau bahkan sebagai kekasih. Mungkin juga kita akan
seperti orang asing kembali, yang memilih untuk berjalan sendiri-sendiri
walaupun tahu kita tetap melangkah di jalan yang sama.
Aku hanya berharap di masa itu
aku dapat memberikan memori yang menyenangkan untuk diingat, begitu sebaliknya,
walaupun ada saatnya aku ataupun kamu memutuskan untuk pergi. Ya.. kita
sama-sama tahu bahwa ditinggalkan itu menyakitkan.