Wednesday, April 20, 2011

Dialog Malam & Dingin

Dingin sedang mengintai untuk menyergap dan membunuh
Udara dingin menusuk tulang
Hawa yang dingin juga akan membunuh daging yang membalut tulang
Merasuk hingga tulang tak sanggup untuk melawan hawa dingin yang pekat itu
Ya, butuh negasi dingin untuk melawan hawa itu
Namun agak susah untuk melawan
Susah ketika hawa memaksa masuk ke dalam tulang, terjebak dalam dingin dalam kesunyian malam
Hawa menjebak dengan dinginnnya, meramaikan kesunyian malam
Namun tubuh tak berdaya, ia terkungkung dan membiarkan dirinya terperangkap dalam hawa dingin itu
Hawa sepertinya nyaman dalam kungkungan tubuh
Karena ada hangat yang diberikan, mengusir dingin yang melekat
Rupanya ia tak ingin sendiri malam ini, enggan meninggalkan tubuh yang hangat itu
Senang sekali dingin itu bisa berpelukan dengan tubuh
Melekat enggan untuk berpisah, senang tak terkira
Hingga ia tak sadar, ketika sang fajar mulai datang
Ia tetap enggan untuk berpisah
Berat untuk meninggalkan tubuh yang hangat itu
Kehangatanlah yang membetahkan untuk diam tinggal
Berpeluk lelah setelah semalaman tak melepas tubuh
Dan entah kemana perginya dingin saat fajar mulai datang menghampiri
Hawa itu akan datang, selalu datang untuk member dingin sehingga bisa untuk dipeluk
Tubuh yang hangat bertanya, apakah ia akan berjumpa dengan dingin hanya saat pekatnya kesunyian malam
Kadang tubuh merasa rindu akan dinginnya malam
Saat malam akan mengundang dingin, saat belum cukup hangat, berarti dingin sendang berada dalam tubuh hangat
Karena hangat membutuhkan dingin untuk mengetahui hakekat hangat.

*puisi ini merupakan puisi kolaborasi antara Yakub Adi Krisanto dan Astri Sari Rahmawati via Yahoo Messenger pada tanggal 27 Maret 2011 menjelang tengah malam. kolaborasi terjadi ketika berdiskusi tentang dinginnya malam tersebut yang melanda kota Salatiga.

No comments:

Post a Comment