Monday, April 18, 2011

Orang Ketiga..

Salahkah jika kita jatuh cinta dengan seseorang yang sudah mempunyai pasangan?


Aku rasa pertanyaan di atas bisa dianggap salah dan tidak dengan melihat dari sisi mana kita menilainya.
Ketika dilihat dari sisi norma, itu dianggap salah, karena hal seperti itu sudah keluar dari batas (atau aturan) yang sudah disepakati bersama (masyarakat, budaya maupun agama).
Sehingga kita melupakan hak setiap individu untuk merasakan "jatuh cinta" terhadap siapapun.


Aku pernah tulis di status facebook, "kita bisa menentukan kriteria pasangan yang kita inginkan, namun kita tidak bisa menentukan kepada siapa kita jatuh cinta."


Sayang yahh.. Ketika kita membatasi sesuatu yang sebenarnya tidak harus dibatasi.
Apakah jatuh cinta itu harus sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat?
Bukannya itu malah menjadi suatu paksaan?


Aku juga pernah baca buku yang berisi cerpen, kalau tidak salah judulnya "Perempuan Kedua", salah satu ceritanya tentang seorang perempuan yang jatuh cinta terhadap pria beristri. Si pria dan perempuan menjalin hubungan yang serius, namun si pria tetap memilih untuk mempertahankan keluarganya, dengan alasan harta milik istrinyalah yang dapat menghidupinya sehingga ia merasa tercukupi.
Pria ini pun tetap ingin mempertahankan hubungannya dengan perempuan itu, ia merasa nyaman dan mendapatkan kasih sayang yang ia butuhkan. Sampai pada suatu hari, perempuan itu datang dan mempertanyakan kejelasan dari status mereka, karena ia rasa akan buang-buang waktu kalau pada akhirnya hubungan ini tidak ada kejelasan sama sekali.
Ternyata akhir cerita yang aku baca ini, intinya mereka berdua tetap melanjutkan hubungan mereka, walaupun tanpa ada status yang jelas.
Dan yang menjadi alasan mengapa si perempuan tetap mau melanjutkan hubungan ini, karena dasar "cinta".
*sedikit cerita singkat tentang isi cerpen.


Sempat bertanya-tanya, kenapa tokoh perempuan ini begitu naif, sampai ia mau mempertahankan ketidakjelasan dalam hubungannya itu?
Dan sempat menyalahkan posisi dia sebagai orang ketiga.
Kenapa harus menjadi orang yang ketiga dalam suatu hubungan?
Tapi pertanyaan ini aku jawab dengan statement yang aku buat di status facebook (di atas).


Mungkin lebih tepatnya kita mempermasalahkan posisi pihak ketiganya, bukan masalah dia (pihak ketiga) merasakan jatuh cinta(nya).
Tapi siapa juga sih yang mau memilih menjadi pihak ketiga?

4 comments:

  1. saya tidak tahu bagaimana pengalaman wanita mencinta. jadi ingin tahu. tapi saya tidak ingin jadi wanita.

    saya ingin tahu segala hal dari wanita. bagaimana perasaanny jika dicintai, mencintai, dan ketika diposisikan sebagai orang ketiga. punya pengalaman? :)

    ReplyDelete
  2. umm..
    sejauh ini aku belum mengalami menjadi orang ketiga-kalau sampai ke titik pacaran dengan seseorang yang sudah memiliki pasangan.
    hanya sebatas "mengagumi"nya saja.

    kalau aku mencoba memposisikan diri sebagai orang ketiga ini, mungkin memang menyenangkan, namun agak berat ketika tidak ada kejelasan tentang tujuan akhir dari hubungan tersebut. :)

    ReplyDelete
  3. tapi buat orang yang tidak berpikir soal pernikahan mungkin mudah :)
    tapi rasa-rasanya perempuan jarang yang seperti itu. cowok juga sih. ;p

    ReplyDelete
  4. mungkin juga sih.. :)
    umm..
    untuk beberapa cerita belakangan, aku sering mendengar cerita tentang orang ketiga ini dalam satu pasangan yang sudah menikah.
    ya susah juga menjelaskannya di sini, karena aku pun tidak pernah berada di posisi ini. :P

    ReplyDelete